Minggu, 14 April 2013

Tugas Individu Wawancara Guru

PENDAHULUAN
            Pembelajaran adalah seni kerjasama yang membantu alam melakukan apa yang dapat dilakukannya sendiri meski tidak mungkin selalu baik. Tanpa bantuan guru, para siswa tidak dapat belajar banyak hal sekaligus. Kebanyakan siswa dalam proses belajar menjadi lebih pasti jika dibantu oleh seorang guru. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat siswa menjadi lebih mudah dan efektif dalam belajar.
            Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya. Hubungan seperti ini adalah hubungan dua arah. Guru memberikan dan siswa menerima bantuan dan bimbingan dimana siswa adalah subjek didik, yang menerima dan mengukuti disiplin yang ditentukan oleh guru untuk pengembangan pikirannya. Beberapa hal yang menjadi hubungan antara guru dan siswanya (dalam Paedagogi, Andragogi dan Heutatogi ; 2010) antara lain :
-         -  Memfasilitasi peluang belajar
-          - Menata lingkungan edukatif
-          - Memotivasi belajar
-          - Menangkap pikiran dan hati
-          - Membangun keaktifan belajar
Beberapa poin diatas akan dibahas berhubungan dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan seorang guru SMP di Medan.


HASIL WAWANCARA
Identitas Guru
Nama               : Adriyani Sihite, S.Pd
TTL                 : Medan, 8 Agustus 1985
Pendidikan      : S1 Pendidikan Fisika – FMIPA Universitas Negeri Medan
Masa mengajar: 7 tahun (2005-sekarang)
Bidang studi   : Fisika dan Matematika
Nama sekolah  : SMP Advent 4 Medan

Waktu wawancara      : Jumat, 12 April 2013 (16.00-16.30 WIB)
Tempat wawancara     : Rumah Kak Adriyani

Verbatim wawancara
S          : Selamat sore kak Yan..
A         : Selamat sore dek..
S          : Minta waktunya sebentar boleh ya. Saya mendapat tugas wawancara dengan seorang guru yang masih aktif mengajar serta minimal mengajar 5 tahun. Untuk itu, saya rasa kakak pas untuk saya tanyakan beberapa hal mengenai pendidikan.
Bagaimana kak? Bersedia kan?
A         : Ya.. boleh. Kebetulan kakak lagi punya waktu senggang diantara kesibukan mengerjakan tugas-tugas ini, tidak ada salahnya membantu kamu juga untuk mengerjakan tugas kan..
S          : Iya kak.. Terimakasih buat waktunya. Kita mulai perbincangannya ya. Bagi kakak, apa sih arti pendidikan itu?
A         : Pendidikan itu merupakan suatu kebutuhan setiap orang, yang dapat menambah pengetahuan dari segala aspek kehidupan.
S          : Bagaimana pandangan pendidikan pada masa sekarang ini menurut kakak sendiri?
A         : Ya.. tidak terlalu baiklah..
S          : Alasannya kak?
A         : Bisa kita lihat dari segi pendidik, banyak sekarang ini tenaga pendidik yang tidak mampu menjadi seorang pendidik yang profesional. Karena belum mampu sepenuhnya menguasai kelas, strategi pembelajaran dan menguasai materi yang diajarkan.
S          : Apa yang menjadi motivasi bagi kakak untuk memilih menjadi guru?
A         : Motivasi pertama kali itu karena sejak kecil sering melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Mama kakak. Dan yang memperkuat motivasi menjadi guru, pada masa kuliah dulu rasanya ingin membuat suatu strategi pembelajaran yang baru, yang mampu menjadikan siswa itu menerima pelajaran dengan lebih cepat dan tanggap.
S          : Apa yang menjadi tantangan terbesar kakak menjadi seorang guru?
A         :  Tantangan? Banyaklah.. Yang pertama itu penguasaan kelas misalnya memahami dengan baik pribadi siswa masing-masing. Kemudian dalam hal penerapan strategi pembelajaran pada saat menyampaikan materi pelajaran yang cukup sulit untuk dipahami siswa. Intinya seorang pendidik itu harus mampu menjadi banyak pribadi dan membuat setiap materi pelajaran menjadi mudah diterima siswa.
S          : Oh begitu ya kak.. terus kalo mengenai siswa-siswa kakak itu sendiri, bagaimana dengan daya tangkap mereka di kelas?
A         : Setiap siswa memiliki daya tangkap yang berbeda tetapi dengan metode pembelajaran yang kakak berikan sejauh ini, mereka memiliki daya tangkap yang baik.
S          : Metode seperti apa itu kak? Fisika kan susah, apalagi rumusnya banyak. Gimana kakak buat di kelas?
A         : Metode untuk setiap materi pelajaran itu berbeda, tetapi untuk membantu daya tangkap mereka, kakak selalu menggunakan chart atau alat bantu seperti gambar dan langsung membawa alat pendukung pelajaran itu ke dalam kelas sehingga mereka bisa langsung melihat benda aslinya, tidak hanya melihat gambar di buku saja. Ya.. enggak semua benda sih, yang layak dan masih bisa untuk dibawa misalnya tuas, neraca pegas, seperti itu..
S          : Oke.. kalo yang barusan kan kita melihat dari segi pembelajaran formal di sekolah. Kalo untuk kepribadian dan sikap siswanya bagaimana kak?
A         : Setiap anak itu memiliki latar belakang yang berbeda dari segi keluarga, ekonomi, bahkan lingkungan. Sehingga tidak dapat dipungkiri kalau sikap setiap siswa itu juga berbeda mencerminkan bagaimana kondisi mereka dari segala aspek.
S          : Ada enggak kak diantara mereka yang tingkah lakunya itu benar-benar tidak mencerminkan seorang siswa?
A         : Pasti adalah.. Karena ada beberapa siswa yang memang berlatarbelakang keluarga yang kurang baik tetapi ekonominya itu berkecukupan. Mereka suka pamer, bicara dengan bahasa yang tidak baik, suka mukul temannya, bahkan berani melawan gurunya sendiri karena menganggap remeh dan tidak menghargai gurunya.    
S          : Lalu, kalau sudah begitu, kakak sebagai gurunya di kelas bagaimana?
A         : Kakak melakukan proses pendekatan dengannya supaya kakak bisa tahu apa sebenarnya yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Tidak langsung men-judge siswa tersebut, karena kita harus kembali kepada latar belakangnya itu kan.. Mungkin suasana di rumahnya itu tidak nyaman, cuek dan kurang mendapat perhatian. Sehingga dia melakukan hal-hal yang salah seperti itu tadi untuk mencari perhatian.
S          : Jadi intinya seorang pendidik itu harus seperti apa kak?
A         : Seorang pendidik itu harus bisa menjadi gurunya, sahabatnya bahkan tempat untuk bercerita dan berbagi perasaannya, karena pada masa-masa peralihan seperti ini, mereka memiliki emosi yang belum cukup stabil dan bertindak spontan tanpa memikirkan dampak atau akibat dari perbuatannya itu.
S          : Kak, kan yang namanya pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, dan kawan-kawannya pasti tidak semua siswa menyukainya. Gimana cara kakak meningkatkan cara belajar mereka baik di rumah maupun di sekolah?
A         : Kalau di sekolah, kakak membuat suasana kelas itu seperti arena bermain sehingga siswa tidak jenuh menerima pelajaran itu misalnya membahas tentang garis sudut. Mereka kakak kasi kesempatan untuk mencoba sendiri menggunakan jangka dan busur yang pada akhirnya mereka menyadari bahwa semuanya itu tidak sesulit yang mereka pikirkan sebelumnya. Tentu saja tetap disertai dengan ketelitian.
Kalau untuk di rumah, kakak sering membuat tugas kelompok seperti pada materi aritmatika sosial. Mereka diajak untuk turun langsung ke tempat penjualan (warung/grosir) untuk melihat perbedaan harga suatu barang. Jadi, mereka lebih aktif dalam belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah.
S          : Baiklah kak. Saya rasa cukup sampai disini apa yang bisa saya tanyakan mengenai pendidikan kepada kakak selaku seorang pendidik. Terima kasih buat waktunya. Selamat sore.

PEMBAHASAN
 “Guru untuk siswa”. Guru yang baik adalah mereka yang dapat membangun hubungan dua arah dengan para siswanya, seperti memfasilitasi peluang belajar, menata lingkungan edukatif, memotivasi belajar, menangkap pikiran dan hati serta membangun keaktifan belajar. Beberapa poin penting ini juga telah tampak di dalam wawancara yang saya lakukan dengan Kak Adriyani.
Pertama adalah memfasilitasi peluang belajar dimana ia sesekali membawa alat peraga yang sesuai dengan topik pembahasan fisika pada hari itu seperti tuas dan neraca pegas. Kedua adalah menata lingkungan edukatif dimana untuk beberapa materi yang dirasa cukup sulit, Kak Adriyani membuat suasana kelas seperti sebuah permainan yang menyenangkan namun tetap memperhatikan ketelitian. Ketiga ialah memotivasi belajar hampir bersamaan dengan diciptakannya lingkungan belajar yang menyenangkan agar para siswa tidak cepat jenuh dan meyakinkan mereka bahwa tidak ada materi yang sulit apabila mereka serius memperhatikan pelajaran. Keempat ialah menangkap pikiran dan hati dimana ia tidak hanya menjadi guru yang berdiri di kelas memberikan pelajaran, tetapi juga menjadi teman atau sahabat dalam mendengarkan cerita ungkapan perasaan para siswa sehingga apabila ditemukan hal-hal yang tidak baik yang mereka lakukan, dapat diketahui penyebab sesungguhnya. Terakhir adalah membangun keaktifan belajar, seperti contohnya ia mengajarkan topik perhitungan sudut dalam matematika menggunakan busur dan jangka. Para siswa terlihat antusias untuk mencoba menggunakan 2 alat tersebut sambil berdiskusi dengan teman-teman yang lain dan aktif bertanya kepadanya apabila kurang dapat dimengerti. Belajar teori sekaligus mempraktikkan adalah kuncinya.

            TESTIMONI DAN SARAN
            Menurut saya, proses wawancara tersebut lebih dipandang untuk mencari tahu pada masa sekarang ini, apa saja yang sudah dilakukan seorang guru untuk membantu siswanya lebih mudah menerima pelajaran serta menjadi menjadi tahu peran yang dapat ditunjukkan oleh guru baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah.
            Sebaiknya, pada saat ingin melakukan wawancara, kita memberikan garis besar pembahasan yang akan ditanyakan sehingga guru, atau orang lain yang ingin kita wawancarai, tidak merasa gugup dan dapat menjawab dengan lebih baik. Membangun raport yang baik juga menjadi kunci berjalannya sebuah wawancara.

DAFTAR PUSTAKA
Dani, Sudarwan.2010.Pedagogi, Andragogi dan Heutatogi.Bandung:Alfabeta



Kamis, 11 April 2013

UTS Paedagogi T.A 2012 / 2013

1) Uraikan secara singkat dan padat proses pembelajaran yang kelompok anda RENCANAKAN. Beri ulasan atas uraian tersebut berdasarkan tinjauan paedagogi praktis abad 21 .

Anggota Kelompok saya adalah Runa dan Susi .

Beberapa proses pembelajaran yang kelompok saya rencanakan antara lain :
1. Anak-anak jalanan
    Rencana proses pembelajaran yang  pertama ini adalah mengajarkan pembuatan kerajinan tangan dari sedotan dan benang wol kepada anak-anak jalanan yang sering datang mengamen di kantin Psikologi. Setelah ditanyakan apakah mereka bersedia, mereka mau dan bersedia untuk diajarkan hal tersebut. Pada dasarnya bahan-bahan dan teknik yang digunakan tidak akan mengeluarkan banyak biaya, efisien dan mudah didapatkan serta hasil kerajinan tersebut dapat dijual untuk penghasilan tambahan mereka. Tetapi beberapa hari kemudian mereka mengatakan bahwa boss tidak mengizinkan mereka untuk melakukan kegiatan lain selain mengamen. Selain itu, kondisi kantin Psikologi yang kurang mendukung akhirnya juga kami sadari. Maka rencana pertama ini gagal dilakukan.

2. Adik-adik dari Rafita Attia
    Awalnya kelompok membangun rapport  dengan menjumpai 3 (tiga) orang adik-adik dari rafita tersebut ke rumahnya, menanyakan nama, umur, kelas, hobi serta permainan yang disukai. Masing-masing memiliki hobi dan jenis permainan yang berbeda. Kelompok mencoba menawarkan jenis kegiatan dan materi yang ingin diajarkan, membuat mainan kincir angin, namun mereka kurang terlihat antusias apalagi Tata, salah satu diantara mereka yang masih duduk di kelas 4 SD, menjawab "kalo Tata paling suka main Ipad kak.. yang lain enggak mau".   Selain itu, ketiganya memiliki jadwal kegiatan yang berbeda setiap hari sehingga diantara mereka saja terbentur pada penyesuaian waktu apalagi untuk kesepakatan waktu dengan kelompok. Sehingga alternatif proses pembelajaran kedua yang direncanakan ini pun gagal dilaksanakan.

3. Adik-Adik dari Zahra Afifa
    Proses perkenalan hampir sama dengan yang dilakukan kepada adik-adik dari Rafita. Mereka yang terdiri dari 4 (empat) orang anak laki-laki ini, memiliki hobi dan ketertarikan kepada permainan (anime) yang sama. Selain itu, mungkin dikarenakan usia mereka relatif lebih tua (kelas 6 SD), mereka lebih terlihat antusias untuk diajarkan membuat gantungan kunci dari bahan kain flanel berbentuk kreasi anime. Penyesuaian waktu yang cocok juga membuat kami akhirnya membuat keputusan untuk melaksanakan rencana proses pembelajaran yang ketiga ini.

Pembahasan :
Jika dikaitkan dengan Paedagogi praktis abad 21, proses pembelajaran kelompok tersebut mencakup teoritis dan aplikasi di dalamnya. Kelompok menyusun rencana proses pembelajaran, membuat alternatif-alternatif subjek yang akan diajarkan, perkenalan dan membangun rapport, menyesuaikan waktu dan jadwal kegiatan merupakan bagian dari Paedagogis teoritis dimana di dalamnya terdapat beberapa kegiatan yang disusun secara sistematis dan bertahap. Saat diaplikasikan, ada rencana yang pada akhirnya tidak dilaksanakan kemudian kelompok memilih serta menetapkan subjek dan jenis kegiatan pembelajaran diantara beberapa alternatif yang telah direncanakan tersebut. Sehingga proses pembelajaran ketiga yang dipilih diharapkan dapat berjalan dengan baik dan tepat sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya.

2) Uraikan secara singkat dan padat tentang HASIL OBSERVASI dari proses pembelajaran kelompok anda . Beri evaluasi atas uraian tersebut berdasarkan tinjauan Paedagogi, TIK dan fenomena kontemporer.

     Subjek yang pada akhirnya kami tetapkan untuk diberikan proses pengajaran adalah adik-adik Zahra. Berikut hasil observasi yang kelompok dapatkan pada pertemuan pertama dengan mereka :

Nama Lengkap
Nama Panggilan
TTL
Kelas
Pelajaran yang disukai
Hobi
Ahmad Nuari
Ari
Medan, 11/01/2001
6 SD
PPKn , IPS
Sepak bola / futsal
Ahmad Fandi
Fandi
Pd.Sidempuan, 17/6/2001
6 SD
B.Indonesia, IPS
Sepak bola / futsal
Esa Prasetio WIiratno
Esa
Medan, 13/6/2001
6 SD
Agama, IPS
Sepak bola / futsal
Zogi Arian Pratama Samosir
Zogi
Medan, 17/8/2003
4 SD
B.Inggris, Matematika
Sepak bola / futsal
     
     Hasil observasi dari proses pembelajaran kelompok saya diantaranya mengetahui materi, jenis kegiatan yang akan diberikan kepada adik-adik sesuai dengan hobi dan ketertarikan mereka akan sesuatu. Keempat adik dari Zahra kebetulan memiliki minat dan ketertarikan yang seragam dibidang anime . Hal ini berhubungan dengan Pertanyaan Esensial "Penilaian kebutuhan : materi belajar apa yang dibutuhkan?". Setelah mengetahui materi yang dibutuhkan, kelompok menanyakan tokoh, bentuk, warna animasi yang mereka inginkan masing-masing dan menyamakan persepsi kami sehingga dapat disesuaikan dengan bahan kain flanel yang akan dipersiapkan. Hal ini berhubungan dengan Pertanyaan Esensial "Pengelolaan sumber daya kelas : bagaimana guru membuat media pembelajaran dan apa kegunaannya dalam pembelajaran?".
    Dalam Paedagogi Efektif, siswa belajar paling baik jika seorang guru memiliki kemampuan diantaranya menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran, mendorong pemikiran reflektif dan tindakan, memfasilitasi pembelajaran bersama serta cukup memberikan kesempatan untuk belajar. Kelompok dalam hal ini memilih tempat yang nyaman dan dapat memberikan situasi yang santai serta tidak berada dalam lingkungan yang terlalu berisik. Pemikiran reflektif dari adik-adik tersebut juga didorong dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat memancing rasa ingin tahu dan memberikan informasi mengenai  materi pembelajaran yang diinginkan. Jawaban spontanitas sambil saling memberikan ide satu sama lain menunjukkan rasa antusiasme mereka. Kelompok memfasilitasi pembelajaran dengan menyediakan alat dan bahan (kain flanel, pola bentuk, gunting, lem, benang wol). Selain itu, karena sebelumnya telah ditanyakan juga makanan dan minuman kesukaan dari mereka masing-masing, kelompok membawakannya pada saat diadakan pembelajaran dengan tujuan agar adik-adik tersebut lebih menikmati dan tidak cepat bosan. Kesempatan belajar yang disediakan kelompok adalah mengenalkan dan menunjukkan kepada adik-adik cara serta proses pembuatan dari sebuah kerajinan tangan dimana untuk selanjutnya mereka diharapkan dapat membuatnya dengan kreasi sendiri dan mengajarkan dan membantu apabila ada teman-teman lain yang ingin mengetahuinya.
   Dalam Pemikiran Reflektif, pembelajar reflektif mengasimilasi pembelajaran baru, mengaitkannya dengan apa yang sudah mereka ketahui, mengadaptasinya untuk tujuan mereka sendiri, dan menerjemahkan pikiran ke dalam tindakan. Adik-adik pada awalnya telah memiliki ketertarikan dalam jenis permainan yang sama, tentu saja mereka sudah tahu betul apa saja yang berkaitan dengan permainan tersebut baik tokoh-tokoh, simbol-simbol, bentuk-bentuk yang digunakan oleh para tokoh bahkan detail warnanya. Ketika ditawarkan untuk membuat kerajinan tangan dari kain flanel sesuai dengan bentuk/pola dan warna keinginan mereka, mereka sangat antusias. Pikiran mereka akan tujuan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tindakan dimana semua dari mereka terlihat tidak sabar untuk mempraktikannya sambil menerima arahan dan petunjuk langkah-langkah yang harus dikerjakan dari kelompok, yang hasilnya nanti dapat digunakan dan menjadi milik sendiri.

3) Tuliskan pandangan anda tentang pembelajaran pada perkuliahan Paedagogi di F. Psikologi USU semester genap TA. 2012 / 2013 berdasarkan tinjauan Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis.

     Paedagogi adalah mata kuliah yang tidak hanya fokus pada setiap materi dan teori yang diajarkan tetapi juga sangat mendorong para mahasiswa/i untuk tetap aktif, kreatif, mandiri, serta sistematis melaksanakan tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok. Hampir di setiap pertemuan di kelas, Bu Dina memberikan stimulus penggerak kepada kami berupa pertanyaan maupun sesuatu yang harus dihubungkan dengan materi hari ini dan materi-materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Begitu besar dampak dari usaha Bu Dina dalam menciptakan suasana dan proses belajar yang efektif sehingga kami tidak pasif atau sekedar membaca buku saja.
     Proses pembelajaran yang sistematis dapat dilihat dari adanya kontrak kuliah yang telah disepakati pada awal masa perkuliahan sehingga kami dapat mengetahui secara garis besar tentang apa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Kami dituntut untuk tetap aktif yaitu dengan melakukan posting pada blog ini tentang apa yang didapatkan dari proses pembelajaran pada hari itu. Kreatif dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana kami menggunakan media online untuk terkadang mencari sumber bahan guna menunjang pemahaman akan suatu teori meskipun pada dasarnya buku pegangan yang kami miliki sudah cukup dapat dipahami. Kemandirian yang diciptakan dari perkuliahan Paedagogi ini adalah kelompok melakukan metode pembelajaran yang berkaitan dengan TIK, dimana setiap kelompok berdiskusi tidak secara tatap muka, namun menggunakan media komunikasi online (Gtalk Group) yang kemudian transkrip dari percakapan kami dikirimkan kembali kepada Bu Dina untuk dinilai effort dan kinerjanya. Perkembangan TIK juga mendukung ingatan kami untuk menyelesaikan tugas atau hal-hal yang harus dipersiapkan dalam waktu deadline tertentu. Bahkan saat saya melakukan posting ini pun, Bu Dina mengingatkan kembali bahwa di penghujung waktu pengerjaan tugas UTS ini masih ada diantara kami yang masih belum selesai mengerjakannya dan saya adalah salah satunya.
Intinya, sejauh setengah semester ini, saya begitu menikmati dan merasakan manfaat dari mengambil mata kuliah Paedagogi. Terima kasih, Bu Dina :)

Minggu, 07 April 2013

Paedagogi Abad ke-21

Paedagogi Abad 21 yang sering juga dikenal dengan istilah Progressive Pedagogy.

Paedagogi tidak sekedar harus dimengerti, namun juga bagaimana cara untuk mengaplikasikannya. Pada saat ini, kualitas seorang pengajar itu mulai mengalami penurunan dibandingkan jaman dulu. Ketika hal tersebut dihubungkan dengan seni mengajar, sebenarnya pengajar dalam generasi sekarang ini kebanyakan tidak memenuhi kriteria seorang pengajar yang sesungguhnya. benar saja, dulu tidak mudah mendapatkan posisi sebagai pengajar dimana tes yang dilakukan lumayan ketat dilihat dari kemampuan akademik atau seberapa ilmu yang ia miliki atau berdasarkan jenjang pendidikannya. Selain itu juga, pengajar pada saat itu tidak hanya mengajarkan ilmu / akademik kepada siswanya tetapi juga mendidik anak secara moral.

Nah dibandingkan saat ini, abad ke-21, posisi pengajar bisa saja tidak ditempati oleh mereka yang tidak berjiwa seorang pengajar. Pengajar sekarang ini kebanyakan tidak memenuhi standar ilmu yang seharusnya mereka miliki. Terkadang juga pendidikan moral diabaikan. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, mau tidak mau, pengajar dituntut untuk semakin kreatif dan menuntun siswanya untuk lebih aktif dan mengikuti perkembangan IPTEK yang positif. Pengajar juga dituntut untuk menuntun siswa supaya tidak lari dari kurikulum yang telah dibuat dan juga dapat mengendalikan aktifitas mereka. 
Jelas terlihat bahwa pada masa sekarang ini kekuatan paedagogi adalah membuat pelajaran semakin praktis dan dilihat dari konsep teoritis. Teori memang merupakan sesuatu yang paling praktis, namun yang perlu diperhatikan juga bagaimana cara para pengajar menggunakan dan memanfaatkan teori tersebut sebagai paedagogi praktis.