Minggu, 30 Juni 2013

best luck for UAS !

June is over yeeeeeah !
tomorrow July will come . 

welcome, July .. welcome UAS !

Paedagogi is the lucky number one exam .
wish the best luck! ( ^ o ^ ) 9

Sabtu, 08 Juni 2013

Testimoni Kuliah Online Pedagogi (7/6/13)

Kuliah Online? memang luar biasaaaaaaa..

Kemarin diadakan Kuliah Online yang awalnya dipimpin oleh Bu Dina. Perjanjian yang disepakati bahwa kuliah online dilaksanakan mulai pukul 19.00 namun karena sampai lewat jam tersebut belum seluruh mahasiswa mampu mengakses untuk bergabung kedalam chat group, entah karena jaringan kurang mendukung, ada masalah dengan akses email, atau bahkan ada yang harus diingatkan kembali. Pada akhirnya Bu Dina memberi tenggang waktu lebih dimana beliau memutuskan untuk memulai materi pada pukul 19.30. Tidak berapa lama, seluruh teman-teman akhirnya dapat mengakses jaringan internetnya dan bergabung ke dalam grup melalui absen dengan menyebutkan nama serta NIM, lalu saling menyapa dengan teman-teman yang lainnya.

Tugas yang diberikan adalah yang pertama, masing-masing anggota kelompok menyebutkan dasar teori pegangan dalam membuat laporan kegiatan observasi / mini proyek yang telah dilaksanakan. Kemudian tugas berikutnya adalah membuat perbandingan diantara 11 kelompok yang ada dalam hal topik, landasan teori, simpulan, dan analisis dalam bentuk excel. Waktu yang cukup mepet bagi saya pribadi untuk menyelesaikannya  dalam waktu yang ditentukan oleh Bu Dina. Bahkan saat mengirimnya saja, sudah lewat 20 menit dari waktu tersebut :( Rasa panik, campur bingung, tidak konsentrasi apalagi untuk memperhatikan jejeran Tab blog perwakilan masing-masing kelompok di layar laptop.

Pada intinya sangat menikmati kuliah Online kemarin. Apalagi ditemani Runa dan Susi yang bolak-balik meng-invite saya ke chat group berhubung koneksi internet yang timbul tenggelam.  Beribu terima kasih untuk kalian berdua, mbak sist . hehe.

Sekian yang bisa saya utarakan.
Terima kasih  Bu Dina atas kesempatannya :)


Minggu, 05 Mei 2013

LAPORAN PROYEK MINI PAEDAGOGI

Kelompok 1
Susi Trisnawati 09-026
Chairuna Syahputri Nst 09-029
Sarah Situmorang 09-078

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam pelaksanaan proyek mini ini dapat dilihat dari sudut pandang pengajar dan subjek (anak-anak) yang diberi pengajaran.
Sebagai pengajar, kelompok 1 mengajarkan anak-anak suatu hal yang baru dengan benar melalui konsep diluar kelas.
Sebagai subjek, anak-anak dapat dilatih kemampuan motorik halus mereka dengan belajar membuat kerajinan tangan.

Manfaat Pembelajaran
Manfaat pembelajaran juga dapat dilihat dari dua sudut pandang seperti tujuan diatas.
Sebagai pengajar, kami tentunya mendapat kesempatan dan pengalaman untuk mengajar anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Sebagai subjek, anak-anak tersebut dapat belajar menggunakan bahan dan alat-alat dengan baik dan benar.

Landasan Teori
Terdapat 2 landasan teori yang diambil, yaitu teori tentang kesiapan mengajar dan teori kemampuan motorik dalam perkembangan anak.
1) Teori Kesiapan mengajar
a. Definisi Mengajar
    Mengajar memiliki makna sebagai suatu tindakan seseorang atau kelompok dalam memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan dan sejenisnya kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (Danim, 2010).
b. Menginspirasi Siswa
    Kegiatan mengajar yang baik terjadi ketika subjek didik termotivasi untuk belajar. Jika proses pendidikan mendorong motivasi belajar ke tingkat yang lebih tinggi, maka pengajaran ini dapat menginspirasi subjek didik untuk terus belajar. Ada beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi subjek didik, antara lain:
- Keahlian Pokok
Dalam hal ini, pengajar menguasai materi lebih jauh dari yang sekedar tertuang di dalam buku pegangan / buku teks standar.
- Ahli Paedagogi
Pengajar menunjukkan sikap yang positif dan adanya kepercayaan terhadap subjek yang diajar serta secara berkelanjutan mengatasi kendala yang mungkin muncul menghambat kemajuan belajar.
- Mentor yang berpusat pada siswa
Mentor/pengajar berusaha untuk merangsang masing-masing subjek didik belajar melalui berbagai metode serta mendorong dan mengundang partisipasi mereka secara aktif.
- Asesor yang sistematis dan berkelanjutan
Pengajar menyesuaikan gaya mengajar untuk mencapai tujuan yang berhasil.
c. Paedagogi Ilmiah dan Praktis
Paedagogi memiliki dua kategori yaitu Formal dan Vernakuler. Paedagogi Formal berupaya mengembangkan prinsip dan teori Paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematik, lebih abstrak dan umum. Sedangkan Paedagogi Vernakuler lebih menekankan pada pengetahuan praktis dan empiris atau pengalaman individu untuk meningkatkan aplikasi Paedagogi Formal. Jadi keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
d. Kenikmatan Belajar
Suasana ketika guru menikmati apa yang diajarkan dan subjek didik terlihat menikmati pelajaran yang diberikan merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang efektif. Apabila kedua hal tersebut tercapai maka proses yang ada akan berjalan lancar dan semestinya tidak ada diantara subjek didik yang mendapatkan nilai jelek dan pengajar tidak mengeluh terhadap mereka yang tidak memperhatikan pelajaran.

2) Teori Kemampuan Motorik Anak
Terdapat 2 kemampuan motorik anak yang harus dikembangkan (Papalia, 2007) yaitu : 

A. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan fisik yang berhubungan dengan otot-otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Anak-anak dengan kemampuan motorik ini, akan lebih bertanggung jawab terhadap kebutuhan diri mereka seperti menggambar, menggunting, memakai baju, dsb.
B. Kemampuan Motorik Kasar
Kemampuan fisik yang berhubungan dengan perkembangan otot-otot besar. Perkembangan sensoris dan motorik dalam cerebral cortex memiliki koordinasi yang baik sehingga anak dapat berjalan, berlari, melompat, dsb.

Perencanaan
Beberapa proses pembelajaran yang kelompok saya rencanakan antara lain :
1. Anak-anak jalanan
    Rencana proses pembelajaran yang  pertama ini adalah mengajarkan pembuatan kerajinan tangan dari sedotan dan benang wol kepada anak-anak jalanan yang sering datang mengamen di kantin Psikologi. Setelah ditanyakan apakah mereka bersedia, mereka mau dan bersedia untuk diajarkan hal tersebut. Pada dasarnya bahan-bahan dan teknik yang digunakan tidak akan mengeluarkan banyak biaya, efisien dan mudah didapatkan serta hasil kerajinan tersebut dapat dijual untuk penghasilan tambahan mereka. Tetapi beberapa hari kemudian mereka mengatakan bahwa boss tidak mengizinkan mereka untuk melakukan kegiatan lain selain mengamen. Selain itu, kondisi kantin Psikologi yang kurang mendukung akhirnya juga kami sadari. Maka rencana pertama ini gagal dilakukan.

2. Adik-adik dari Rafita Attia
    Awalnya kelompok membangun rapport  dengan menjumpai 3 (tiga) orang adik-adik dari afita tersebut ke rumahnya, menanyakan nama, umur, kelas, hobi serta permainan yang disukai. Masing-masing memiliki hobi dan jenis permainan yang berbeda. Kelompok mencoba menawarkan jenis kegiatan dan materi yang ingin diajarkan, membuat mainan kincir angin, namun mereka kurang terlihat antusias apalagi Tata, salah satu diantara mereka yang masih duduk di kelas 4 SD, menjawab "kalo Tata paling suka main Ipad kak.. yang lain enggak mau".   Selain itu, ketiganya memiliki jadwal kegiatan yang berbeda setiap hari sehingga diantara mereka saja terbentur pada penyesuaian waktu apalagi untuk kesepakatan waktu dengan kelompok. Sehingga alternatif proses pembelajaran kedua yang direncanakan ini pun gagal dilaksanakan.

3. Adik-Adik dari Zahra Afifa
    Proses perkenalan hampir sama dengan yang dilakukan kepada adik-adik dari Rafita. Mereka yang terdiri dari 4 (empat) orang anak laki-laki ini, memiliki hobi dan ketertarikan kepada permainan (anime) yang sama. Selain itu, mungkin dikarenakan usia mereka relatif lebih tua (kelas 6 SD), mereka lebih terlihat antusias untuk diajarkan membuat gantungan kunci dari bahan kain flanel berbentuk kreasi anime. Penyesuaian waktu yang cocok juga membuat kami akhirnya membuat keputusan untuk melaksanakan rencana proses pembelajaran yang ketiga ini.

Subjek
Subjek yang pada akhirnya kami tetapkan untuk diberikan proses pengajaran adalah adik-adik Zahra. Berikut hasil observasi yang kelompok dapatkan pada pertemuan pertama dengan mereka :

Nama Lengkap
Nama Panggilan
TTL
Kelas
Pelajaran yang disukai
Hobi
Ahmad Nuari
Ari
Medan, 11/01/2001
6 SD
PPKn , IPS
Sepak bola / futsal
Ahmad Fandi
Fandi
Pd.Sidempuan, 17/6/2001
6 SD
B.Indonesia, IPS
Sepak bola / futsal
Esa Prasetio Wiratno
Esa
Medan, 13/6/2001
6 SD
Agama, IPS
Sepak bola / futsal
Zogi Arian Pratama Samosir
Zogi
Medan, 17/8/2003
4 SD
B.Inggris, Matematika
Sepak bola / futsal



Pelaksanaan
Tanggal : 7 April 2013
Waktu : 17.00 - 20.00 WIB
Lokasi : rumah Zahra Afifa

Perlengkapan Mengajar
Alat yang digunakan antara lain :
- pensil
- penggaris
- gunting
- lem
- jarum
- kertas
- kamera ponsel

Bahan yang digunakan antara lain :
- kain flanel
- benang jahit
- benang wol
- gantungan kunci

Situasi Kegiatan
Baru saja kegiatan mengajar dimulai, keempat subjek terlihat sangat antusias dan tidak sabar ingin mencoba membuat gantungan kunci dari kain flanel tersebut. "kak.. ini untuk apa kak? Terus yang ini diapain kak? Habis ini dibikin kayak gimana lagi?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak henti diucapkan oleh mereka. Secara lebih rinci, berikut hasil observasi terhadap subjek selama proses belajar-mengajar berlangsung :
Ahmad Nuari (Ari)
Menggambar dan menggunting kertas pola dengan teliti,
Menempelkan hasil guntingan pola dengan hati-hati,
Membantu Zogi untuk menggambar dan menggunting pola gitar,
Sering bertanya tentang hal yang tidak dimengerti.





Ahmad Fandi (Fandi)
Lebih banyak tersenyum saat menggambar dan menggunting pola,
Duduk diam sambil melihat teman yang lain mengerjakan bahan.







Esa Prasetio Wiratno (Esa)
Suka bercanda dan tertawa,
Sangat aktif bertanya dan berbicara,
Menggambar, menggunting dan menempel hasil guntingan sambil bercerita dengan teman yang lain bahkan sesekali mengganggu mereka,
Mengajak kelompok untuk membicarakan hal-hal diluar topik pengajaran.



Zogi Arian Pratama Samosir (Zogi)
Menggambar dan menggunting pola sambil mengeluh dan meminta kelompok untuk menggambarkannya karena merasa gambar miliknya jelek,
Sangat aktif mengajak teman yang lainnya untuk berbicara,
Sesekali mengejek hasil karya temannya,
Berjalan kesana kemari dan suka berfoto,
Membuat 2 gantungan kunci.



Selain observasi terhadap subjek, berikut observasi terhadap kelompok sebagai pengajar :
Susi
Melakukan salam pembuka bersama Sarah,
Mengeluarkan peralatan dan bahan,
Memberi arahan untuk menggambar pola,
Membuat pola dasar di kertas dan mengguntingnya,
Memfoto proses kegiatan,
Membantu memasangkan gantungan kunci Esa dan Fandi
Runa
Membantu membantu membuat gambar pola Ari dan Fandi,
Membantu Zogi membuat pola hiasan diatas kain flanel,
Memfoto  proses kegiatan,
Membantu Ari untuk memasang gantungan kunci,
Menjawab pertanyaan-pertanyaan Ari.
Sarah
Melakukan salam pembuka bersama Susi,
Menggambar pola dengan melihat foto,
Mengarahkan cara menggambar dan menggunting pola Fandi dan Zogi,
Membantu Fandi menggunting hiasan pola,
Memasangkan gantungan kunci Fandi.

Hasil Kegiatan
Setelah menempuh waktu 3 jam untuk bersama-sama membuat suatu hasil karya kerajinan tangan, akhirnya dihasilkan 6 buah gantungan kunci dengan berbagai bentuk dan warna. Baik Ari, Fandi, Esa maupun Zogi terlihat sangat senang dan puas terhadap hasil karyanya. Ari membuat bentuk sebuah buku animasi yaitu Death Note, Fandi dan Zogi membuat 2 gantungan kunci yaitu gitar dan bola pipih. Esa membuat sebuah bola pipih mirip bola Dragon Ball . Minuman ringan dan snack  yang sudah kami bawa dan persiapkan sebelumnya, kami nikmati bersama-sama sambil melihat-lihat kembali hasil dari pembelajaran kami saat itu. Mereka mengaku sangat puas dan ingin mengikuti kegiatan belajar seperti ini lagi jika ada kesempatan. 

Evaluasi Kelompok
Secara garis besar, dilihat dari perencanaan pembelajaran yang pertama dan kedua, beberapa kendala yang kami temukan antara lain :
- Mencari subjek (anak-anak) untuk dididik.
- Penyesuaian waktu kegiatan antara kelompok dan subjek.
- Penyesuaian minat subjek dengan materi yang akan diajarkan.
Jika dilihat dari proses pengajaran yang kelompok lakukan, prinsip Paedagogis yang telah terlaksana seperti mempelajari cara membuat gantungan kunci secara teoritis dan praktis sebelum mengajarkannya kepada subjek, lalu mempraktekkannya bersama agar tidak terjadi kebingungan saat mengajar. Ketika proses belajar-mengajar pun, baik kami maupun keempat anak-anak tersebut sangat menikmatinya terlihat dari antusiasme mereka. Sangkin merasa puas dan bangga, mereka mengatakan bahwa akan mencobanya lagi di rumah untuk membuat kreasi dari kain flanel dengan bentuk yang berbeda. 
Disamping itu, faktor lingkungan tempat kami melakukan kegiatan terasa kurang nyaman pada waktu pertengahan sampai akhir kegiatan karena penerangan yang kurang dan banyaknya nyamuk di saat sore hari dan malam.

Perincian biaya
Rincian
Jumlah
Harga/satuan
Total
Kain flanel
3 lembar
Rp   2.500
Rp    7.500
Lem
1 biji
Rp   2.500
Rp    2.500
Gantungan
10 buah
Rp      750
Rp    7.500
Jarum
1  bungkus
Rp   8.000
Rp    8.000
Snack
4 bungkus
Rp   4.000
Rp  16.000
Snack
1 bungkus
Rp   7.500
Rp    7.500
Minuman
1 botol
Rp 14.500
Rp  14.500
Total
Rp  63.500


Dokumentasi
Hasil karya gantungan kunci













Testimoni Kelompok
Sarah 
Teaching is fun . Mengajar buat saya adalah hal yang menarik dan menyenangkan, apalagi karena materi dan bahan yang kelompok ajarkan termasuk hobby saya, yaitu kerajinan tangan. Awalnya agak ragu apakah anak laki-laki seusia subjek kami tersebut mau diajarkan materi ini, mengingat biasanya kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan oleh anak perempuan. Ternyata sebaliknya, mereka sangat antusias mengerjakannya. Puas sekaligus bangga bisa mengajarkan hal-hal yang baru kepada anak-anak.

Susi
Bagi saya, proses belajar-mengajar yang kami lakukan ini sangat menyenangkan. Banyak canda dan tawa. Harapannya kegiatan ini bisa dilakukan lagi tetapi dengan materi yang lebih unik dan waktu yang lebih panjang. Akhir kata, walaupun kegiatan ini dilaksanakan dengan terburu-buru, tetapi hasil yang diperoleh cukup memuaskan bagi kami dan anak-anak. hehehe \
(^0^)/

Runa
Ternyata mengajar itu enggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus menguasai bahan, harus bisa menarik perhatian peserta didik, harus bisa memotivasi. Waah! harus banyak bisanya. Tetapi setelah melewati beberapa trial and error, akhirnya paham gimana enaknya mengajar. Waktu di lapangan juga seru, mungkin karena dapat peserta didik yang seru-seru juga dan mereka antusias. Bertambah lagi deh pengalaman. Kereeen !! Seruuu !! Asyiiikk !!

Minggu, 14 April 2013

Tugas Individu Wawancara Guru

PENDAHULUAN
            Pembelajaran adalah seni kerjasama yang membantu alam melakukan apa yang dapat dilakukannya sendiri meski tidak mungkin selalu baik. Tanpa bantuan guru, para siswa tidak dapat belajar banyak hal sekaligus. Kebanyakan siswa dalam proses belajar menjadi lebih pasti jika dibantu oleh seorang guru. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat siswa menjadi lebih mudah dan efektif dalam belajar.
            Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya. Hubungan seperti ini adalah hubungan dua arah. Guru memberikan dan siswa menerima bantuan dan bimbingan dimana siswa adalah subjek didik, yang menerima dan mengukuti disiplin yang ditentukan oleh guru untuk pengembangan pikirannya. Beberapa hal yang menjadi hubungan antara guru dan siswanya (dalam Paedagogi, Andragogi dan Heutatogi ; 2010) antara lain :
-         -  Memfasilitasi peluang belajar
-          - Menata lingkungan edukatif
-          - Memotivasi belajar
-          - Menangkap pikiran dan hati
-          - Membangun keaktifan belajar
Beberapa poin diatas akan dibahas berhubungan dengan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan seorang guru SMP di Medan.


HASIL WAWANCARA
Identitas Guru
Nama               : Adriyani Sihite, S.Pd
TTL                 : Medan, 8 Agustus 1985
Pendidikan      : S1 Pendidikan Fisika – FMIPA Universitas Negeri Medan
Masa mengajar: 7 tahun (2005-sekarang)
Bidang studi   : Fisika dan Matematika
Nama sekolah  : SMP Advent 4 Medan

Waktu wawancara      : Jumat, 12 April 2013 (16.00-16.30 WIB)
Tempat wawancara     : Rumah Kak Adriyani

Verbatim wawancara
S          : Selamat sore kak Yan..
A         : Selamat sore dek..
S          : Minta waktunya sebentar boleh ya. Saya mendapat tugas wawancara dengan seorang guru yang masih aktif mengajar serta minimal mengajar 5 tahun. Untuk itu, saya rasa kakak pas untuk saya tanyakan beberapa hal mengenai pendidikan.
Bagaimana kak? Bersedia kan?
A         : Ya.. boleh. Kebetulan kakak lagi punya waktu senggang diantara kesibukan mengerjakan tugas-tugas ini, tidak ada salahnya membantu kamu juga untuk mengerjakan tugas kan..
S          : Iya kak.. Terimakasih buat waktunya. Kita mulai perbincangannya ya. Bagi kakak, apa sih arti pendidikan itu?
A         : Pendidikan itu merupakan suatu kebutuhan setiap orang, yang dapat menambah pengetahuan dari segala aspek kehidupan.
S          : Bagaimana pandangan pendidikan pada masa sekarang ini menurut kakak sendiri?
A         : Ya.. tidak terlalu baiklah..
S          : Alasannya kak?
A         : Bisa kita lihat dari segi pendidik, banyak sekarang ini tenaga pendidik yang tidak mampu menjadi seorang pendidik yang profesional. Karena belum mampu sepenuhnya menguasai kelas, strategi pembelajaran dan menguasai materi yang diajarkan.
S          : Apa yang menjadi motivasi bagi kakak untuk memilih menjadi guru?
A         : Motivasi pertama kali itu karena sejak kecil sering melihat kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Mama kakak. Dan yang memperkuat motivasi menjadi guru, pada masa kuliah dulu rasanya ingin membuat suatu strategi pembelajaran yang baru, yang mampu menjadikan siswa itu menerima pelajaran dengan lebih cepat dan tanggap.
S          : Apa yang menjadi tantangan terbesar kakak menjadi seorang guru?
A         :  Tantangan? Banyaklah.. Yang pertama itu penguasaan kelas misalnya memahami dengan baik pribadi siswa masing-masing. Kemudian dalam hal penerapan strategi pembelajaran pada saat menyampaikan materi pelajaran yang cukup sulit untuk dipahami siswa. Intinya seorang pendidik itu harus mampu menjadi banyak pribadi dan membuat setiap materi pelajaran menjadi mudah diterima siswa.
S          : Oh begitu ya kak.. terus kalo mengenai siswa-siswa kakak itu sendiri, bagaimana dengan daya tangkap mereka di kelas?
A         : Setiap siswa memiliki daya tangkap yang berbeda tetapi dengan metode pembelajaran yang kakak berikan sejauh ini, mereka memiliki daya tangkap yang baik.
S          : Metode seperti apa itu kak? Fisika kan susah, apalagi rumusnya banyak. Gimana kakak buat di kelas?
A         : Metode untuk setiap materi pelajaran itu berbeda, tetapi untuk membantu daya tangkap mereka, kakak selalu menggunakan chart atau alat bantu seperti gambar dan langsung membawa alat pendukung pelajaran itu ke dalam kelas sehingga mereka bisa langsung melihat benda aslinya, tidak hanya melihat gambar di buku saja. Ya.. enggak semua benda sih, yang layak dan masih bisa untuk dibawa misalnya tuas, neraca pegas, seperti itu..
S          : Oke.. kalo yang barusan kan kita melihat dari segi pembelajaran formal di sekolah. Kalo untuk kepribadian dan sikap siswanya bagaimana kak?
A         : Setiap anak itu memiliki latar belakang yang berbeda dari segi keluarga, ekonomi, bahkan lingkungan. Sehingga tidak dapat dipungkiri kalau sikap setiap siswa itu juga berbeda mencerminkan bagaimana kondisi mereka dari segala aspek.
S          : Ada enggak kak diantara mereka yang tingkah lakunya itu benar-benar tidak mencerminkan seorang siswa?
A         : Pasti adalah.. Karena ada beberapa siswa yang memang berlatarbelakang keluarga yang kurang baik tetapi ekonominya itu berkecukupan. Mereka suka pamer, bicara dengan bahasa yang tidak baik, suka mukul temannya, bahkan berani melawan gurunya sendiri karena menganggap remeh dan tidak menghargai gurunya.    
S          : Lalu, kalau sudah begitu, kakak sebagai gurunya di kelas bagaimana?
A         : Kakak melakukan proses pendekatan dengannya supaya kakak bisa tahu apa sebenarnya yang menyebabkan dia bertingkah laku seperti itu. Tidak langsung men-judge siswa tersebut, karena kita harus kembali kepada latar belakangnya itu kan.. Mungkin suasana di rumahnya itu tidak nyaman, cuek dan kurang mendapat perhatian. Sehingga dia melakukan hal-hal yang salah seperti itu tadi untuk mencari perhatian.
S          : Jadi intinya seorang pendidik itu harus seperti apa kak?
A         : Seorang pendidik itu harus bisa menjadi gurunya, sahabatnya bahkan tempat untuk bercerita dan berbagi perasaannya, karena pada masa-masa peralihan seperti ini, mereka memiliki emosi yang belum cukup stabil dan bertindak spontan tanpa memikirkan dampak atau akibat dari perbuatannya itu.
S          : Kak, kan yang namanya pelajaran eksakta seperti matematika, fisika, dan kawan-kawannya pasti tidak semua siswa menyukainya. Gimana cara kakak meningkatkan cara belajar mereka baik di rumah maupun di sekolah?
A         : Kalau di sekolah, kakak membuat suasana kelas itu seperti arena bermain sehingga siswa tidak jenuh menerima pelajaran itu misalnya membahas tentang garis sudut. Mereka kakak kasi kesempatan untuk mencoba sendiri menggunakan jangka dan busur yang pada akhirnya mereka menyadari bahwa semuanya itu tidak sesulit yang mereka pikirkan sebelumnya. Tentu saja tetap disertai dengan ketelitian.
Kalau untuk di rumah, kakak sering membuat tugas kelompok seperti pada materi aritmatika sosial. Mereka diajak untuk turun langsung ke tempat penjualan (warung/grosir) untuk melihat perbedaan harga suatu barang. Jadi, mereka lebih aktif dalam belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah.
S          : Baiklah kak. Saya rasa cukup sampai disini apa yang bisa saya tanyakan mengenai pendidikan kepada kakak selaku seorang pendidik. Terima kasih buat waktunya. Selamat sore.

PEMBAHASAN
 “Guru untuk siswa”. Guru yang baik adalah mereka yang dapat membangun hubungan dua arah dengan para siswanya, seperti memfasilitasi peluang belajar, menata lingkungan edukatif, memotivasi belajar, menangkap pikiran dan hati serta membangun keaktifan belajar. Beberapa poin penting ini juga telah tampak di dalam wawancara yang saya lakukan dengan Kak Adriyani.
Pertama adalah memfasilitasi peluang belajar dimana ia sesekali membawa alat peraga yang sesuai dengan topik pembahasan fisika pada hari itu seperti tuas dan neraca pegas. Kedua adalah menata lingkungan edukatif dimana untuk beberapa materi yang dirasa cukup sulit, Kak Adriyani membuat suasana kelas seperti sebuah permainan yang menyenangkan namun tetap memperhatikan ketelitian. Ketiga ialah memotivasi belajar hampir bersamaan dengan diciptakannya lingkungan belajar yang menyenangkan agar para siswa tidak cepat jenuh dan meyakinkan mereka bahwa tidak ada materi yang sulit apabila mereka serius memperhatikan pelajaran. Keempat ialah menangkap pikiran dan hati dimana ia tidak hanya menjadi guru yang berdiri di kelas memberikan pelajaran, tetapi juga menjadi teman atau sahabat dalam mendengarkan cerita ungkapan perasaan para siswa sehingga apabila ditemukan hal-hal yang tidak baik yang mereka lakukan, dapat diketahui penyebab sesungguhnya. Terakhir adalah membangun keaktifan belajar, seperti contohnya ia mengajarkan topik perhitungan sudut dalam matematika menggunakan busur dan jangka. Para siswa terlihat antusias untuk mencoba menggunakan 2 alat tersebut sambil berdiskusi dengan teman-teman yang lain dan aktif bertanya kepadanya apabila kurang dapat dimengerti. Belajar teori sekaligus mempraktikkan adalah kuncinya.

            TESTIMONI DAN SARAN
            Menurut saya, proses wawancara tersebut lebih dipandang untuk mencari tahu pada masa sekarang ini, apa saja yang sudah dilakukan seorang guru untuk membantu siswanya lebih mudah menerima pelajaran serta menjadi menjadi tahu peran yang dapat ditunjukkan oleh guru baik di dalam maupun diluar lingkungan sekolah.
            Sebaiknya, pada saat ingin melakukan wawancara, kita memberikan garis besar pembahasan yang akan ditanyakan sehingga guru, atau orang lain yang ingin kita wawancarai, tidak merasa gugup dan dapat menjawab dengan lebih baik. Membangun raport yang baik juga menjadi kunci berjalannya sebuah wawancara.

DAFTAR PUSTAKA
Dani, Sudarwan.2010.Pedagogi, Andragogi dan Heutatogi.Bandung:Alfabeta