Pengalaman
pribadi :
Kali ini saya berbagi sedikit
cerita tentang keluarga baru yang saya dapatkan belum lama ini di kampus
Psikologi, Psychestra Harmony Family.
Pada awal terbentuknya kelompok paduan angklung ini, seorang pelatih yang
didatangkan langsung dari Bandung menjadi motivasi bagi kami. Kalau teman-teman
dulu mengatakan “iyalah ce.. masih muda abang itu, baik, ngajarnya lembut,
ramah lagi..” Minggu demi minggu, bulan demi bulan berjalan, latihan terus –
menerus dan pada akhirnya kami tampil pertama kalinya di depan umum yaitu pada
saat Dies Natalis Psikologi tahun ini. Saya pribadi melihat ternyata tidak
sedikit dari teman-teman yang akhirnya mengetahui serta menyadari bahwa bermain
angklung itu tidaklah semudah yang dibayangkan selama ini. Baik dalam hal
tempo, menjaga emosi saat memainkan angklung, serta membutuhkan fokus pada
pendengaran terhadap permainan teman lainnya.
Setelah tampil
membawakan beberapa lagu di acara puncak Dies Natalis Psikologi, mulai
bermunculan teman-teman lain yang ingin bergabung bersama kami. Yaa.. yang
awalnya mereka underestimate terhadap
kelompok ini, mulai penasaran dan mendaftarkan diri. Alhasil, hasil usaha dan
kerja keras latihan selama beberapa minggu, kami dapat menunjukkan diri dalam
event yang lebih besar yaitu Gala Dinner Dies Natalis USU ke – 60. Dan berkat
seorang anggota kami yang ternyata berelasi dengan MC Gala Dinner saat
itu, Psychestra Harmony dapat on air
di salah satu radio paling hits di kota Medan, 104.6 Star FM. Sungguh
kesempatan dan pengalaman yang dapat membuktikan bahwa melalui proses
pembelajaran, salah satu budaya bangsa dapat tetap kita lestarikan dan
kembangkan meskipun mungkin tidak berasal dari daerah tempat tinggal kita.
Pembahasan
:
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku. Tidak sedikit dari teman-teman yang baru pertama kali mengenal bahkan menyentuh angklung akhirnya menyadari bahwa bermain angklung tidaklah semudah yang dibayangkan. Mulai belajar tehnik bermain yang benar dari pelatih dan dituntut untuk menjaga interaksi sesama pemain agar nada-nada lagu yang dimainkan tidak putus. Respon yang diterima seseorang terbentuk karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Penampilan go public perdana kami mampu menghipnotis teman-teman lain yang awalnya underestimate dengan angklung serta yang hanya bisa berkata "aaaah.. kecil lah cuma digetarkan gitu doang kan mainnya.." pada akhirnya berubah pikiran dan bergabung. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Keputusan mereka yang baru bergabung dengan angklung, tentu mau tidak mau menuntut mereka untuk mau belajar dan berbagi ilmu dengan teman-teman yang sudah terlebih dahulu belajar lagu-lagu yang dimainkan. Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Respon awal yang kurang baik akhirnya dapat membuat Psychestra Harmony semakin dipandang bukan hanya di dalam kampus, untuk melestarikan salah satu warisan budaya kesenian bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar