Susi Trisnawati 09-026
Chairuna Syahputri Nst 09-029
Sarah Situmorang 09-078
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam pelaksanaan proyek mini ini dapat dilihat dari sudut pandang pengajar dan subjek (anak-anak) yang diberi pengajaran.
Sebagai pengajar, kelompok 1 mengajarkan anak-anak suatu hal yang baru dengan benar melalui konsep diluar kelas.
Sebagai subjek, anak-anak dapat dilatih kemampuan motorik halus mereka dengan belajar membuat kerajinan tangan.
Manfaat Pembelajaran
Manfaat pembelajaran juga dapat dilihat dari dua sudut pandang seperti tujuan diatas.
Sebagai pengajar, kami tentunya mendapat kesempatan dan pengalaman untuk mengajar anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Sebagai subjek, anak-anak tersebut dapat belajar menggunakan bahan dan alat-alat dengan baik dan benar.
Landasan Teori
Terdapat 2 landasan teori yang diambil, yaitu teori tentang kesiapan mengajar dan teori kemampuan motorik dalam perkembangan anak.
1) Teori Kesiapan mengajar
a. Definisi Mengajar
Mengajar memiliki makna sebagai suatu tindakan seseorang atau kelompok dalam memberikan petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan dan sejenisnya kepada subjek didik agar mereka mengetahui dan memahami sesuai dengan tujuan yang dikehendaki (Danim, 2010).
b. Menginspirasi Siswa
Kegiatan mengajar yang baik terjadi ketika subjek didik termotivasi untuk belajar. Jika proses pendidikan mendorong motivasi belajar ke tingkat yang lebih tinggi, maka pengajaran ini dapat menginspirasi subjek didik untuk terus belajar. Ada beberapa karakteristik kemampuan mengajar yang dapat menginspirasi subjek didik, antara lain:
- Keahlian Pokok
Dalam hal ini, pengajar menguasai materi lebih jauh dari yang sekedar tertuang di dalam buku pegangan / buku teks standar.
- Ahli Paedagogi
Pengajar menunjukkan sikap yang positif dan adanya kepercayaan terhadap subjek yang diajar serta secara berkelanjutan mengatasi kendala yang mungkin muncul menghambat kemajuan belajar.
- Mentor yang berpusat pada siswa
Mentor/pengajar berusaha untuk merangsang masing-masing subjek didik belajar melalui berbagai metode serta mendorong dan mengundang partisipasi mereka secara aktif.
- Asesor yang sistematis dan berkelanjutan
Pengajar menyesuaikan gaya mengajar untuk mencapai tujuan yang berhasil.
c. Paedagogi Ilmiah dan Praktis
Paedagogi memiliki dua kategori yaitu Formal dan Vernakuler. Paedagogi Formal berupaya mengembangkan prinsip dan teori Paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematik, lebih abstrak dan umum. Sedangkan Paedagogi Vernakuler lebih menekankan pada pengetahuan praktis dan empiris atau pengalaman individu untuk meningkatkan aplikasi Paedagogi Formal. Jadi keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
d. Kenikmatan Belajar
Suasana ketika guru menikmati apa yang diajarkan dan subjek didik terlihat menikmati pelajaran yang diberikan merupakan kegiatan proses belajar-mengajar yang efektif. Apabila kedua hal tersebut tercapai maka proses yang ada akan berjalan lancar dan semestinya tidak ada diantara subjek didik yang mendapatkan nilai jelek dan pengajar tidak mengeluh terhadap mereka yang tidak memperhatikan pelajaran.
2) Teori Kemampuan Motorik Anak
Terdapat 2 kemampuan motorik anak yang harus dikembangkan (Papalia, 2007) yaitu :
A. Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan fisik yang berhubungan dengan otot-otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Anak-anak dengan kemampuan motorik ini, akan lebih bertanggung jawab terhadap kebutuhan diri mereka seperti menggambar, menggunting, memakai baju, dsb.
B. Kemampuan Motorik Kasar
Kemampuan fisik yang berhubungan dengan perkembangan otot-otot besar. Perkembangan sensoris dan motorik dalam cerebral cortex memiliki koordinasi yang baik sehingga anak dapat berjalan, berlari, melompat, dsb.
Perencanaan
Beberapa proses pembelajaran yang kelompok saya rencanakan antara lain :
1. Anak-anak jalanan
Rencana proses pembelajaran yang pertama ini adalah mengajarkan pembuatan kerajinan tangan dari sedotan dan benang wol kepada anak-anak jalanan yang sering datang mengamen di kantin Psikologi. Setelah ditanyakan apakah mereka bersedia, mereka mau dan bersedia untuk diajarkan hal tersebut. Pada dasarnya bahan-bahan dan teknik yang digunakan tidak akan mengeluarkan banyak biaya, efisien dan mudah didapatkan serta hasil kerajinan tersebut dapat dijual untuk penghasilan tambahan mereka. Tetapi beberapa hari kemudian mereka mengatakan bahwa boss tidak mengizinkan mereka untuk melakukan kegiatan lain selain mengamen. Selain itu, kondisi kantin Psikologi yang kurang mendukung akhirnya juga kami sadari. Maka rencana pertama ini gagal dilakukan.
2. Adik-adik dari Rafita Attia
Awalnya kelompok membangun rapport dengan menjumpai 3 (tiga) orang adik-adik dari afita tersebut ke rumahnya, menanyakan nama, umur, kelas, hobi serta permainan yang disukai. Masing-masing memiliki hobi dan jenis permainan yang berbeda. Kelompok mencoba menawarkan jenis kegiatan dan materi yang ingin diajarkan, membuat mainan kincir angin, namun mereka kurang terlihat antusias apalagi Tata, salah satu diantara mereka yang masih duduk di kelas 4 SD, menjawab "kalo Tata paling suka main Ipad kak.. yang lain enggak mau". Selain itu, ketiganya memiliki jadwal kegiatan yang berbeda setiap hari sehingga diantara mereka saja terbentur pada penyesuaian waktu apalagi untuk kesepakatan waktu dengan kelompok. Sehingga alternatif proses pembelajaran kedua yang direncanakan ini pun gagal dilaksanakan.
3. Adik-Adik dari Zahra Afifa
Proses perkenalan hampir sama dengan yang dilakukan kepada adik-adik dari Rafita. Mereka yang terdiri dari 4 (empat) orang anak laki-laki ini, memiliki hobi dan ketertarikan kepada permainan (anime) yang sama. Selain itu, mungkin dikarenakan usia mereka relatif lebih tua (kelas 6 SD), mereka lebih terlihat antusias untuk diajarkan membuat gantungan kunci dari bahan kain flanel berbentuk kreasi anime. Penyesuaian waktu yang cocok juga membuat kami akhirnya membuat keputusan untuk melaksanakan rencana proses pembelajaran yang ketiga ini.
Subjek
Subjek yang pada akhirnya kami tetapkan untuk diberikan proses pengajaran adalah adik-adik Zahra. Berikut hasil observasi yang kelompok dapatkan pada pertemuan pertama dengan mereka :
Nama Lengkap
|
Nama Panggilan
|
TTL
|
Kelas
|
Pelajaran yang disukai
|
Hobi
|
Ahmad Nuari
|
Ari
|
Medan, 11/01/2001
|
6 SD
|
PPKn , IPS
|
Sepak bola / futsal
|
Ahmad Fandi
|
Fandi
|
Pd.Sidempuan, 17/6/2001
|
6 SD
|
B.Indonesia, IPS
|
Sepak bola / futsal
|
Esa Prasetio Wiratno
|
Esa
|
Medan, 13/6/2001
|
6 SD
|
Agama, IPS
|
Sepak bola / futsal
|
Zogi Arian Pratama Samosir
|
Zogi
|
Medan, 17/8/2003
|
4 SD
|
B.Inggris, Matematika
|
Sepak bola / futsal
|
Pelaksanaan
Tanggal : 7 April 2013
Waktu : 17.00 - 20.00 WIB
Lokasi : rumah Zahra Afifa
Perlengkapan Mengajar
Alat yang digunakan antara lain :
- pensil
- penggaris
- gunting
- lem
- jarum
- kertas
- kamera ponsel
Bahan yang digunakan antara lain :
- kain flanel
- benang jahit
- benang wol
- gantungan kunci
Situasi Kegiatan
Baru saja kegiatan mengajar dimulai, keempat subjek terlihat sangat antusias dan tidak sabar ingin mencoba membuat gantungan kunci dari kain flanel tersebut. "kak.. ini untuk apa kak? Terus yang ini diapain kak? Habis ini dibikin kayak gimana lagi?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak henti diucapkan oleh mereka. Secara lebih rinci, berikut hasil observasi terhadap subjek selama proses belajar-mengajar berlangsung :
Ahmad Nuari (Ari)
Menggambar dan menggunting kertas pola dengan teliti,
Menempelkan hasil guntingan pola dengan hati-hati,
Membantu Zogi untuk menggambar dan menggunting pola gitar,
Sering bertanya tentang hal yang tidak dimengerti.
Ahmad Fandi (Fandi)
Lebih banyak tersenyum saat menggambar dan menggunting pola,
Duduk diam sambil melihat teman yang lain mengerjakan bahan.
Esa Prasetio Wiratno (Esa)
Suka bercanda dan tertawa,
Sangat aktif bertanya dan berbicara,
Menggambar, menggunting dan menempel hasil guntingan sambil bercerita dengan teman yang lain bahkan sesekali mengganggu mereka,
Mengajak kelompok untuk membicarakan hal-hal diluar topik pengajaran.
Zogi Arian Pratama Samosir (Zogi)
Menggambar dan menggunting pola sambil mengeluh dan meminta kelompok untuk menggambarkannya karena merasa gambar miliknya jelek,
Sangat aktif mengajak teman yang lainnya untuk berbicara,
Sesekali mengejek hasil karya temannya,
Berjalan kesana kemari dan suka berfoto,
Membuat 2 gantungan kunci.
Selain observasi terhadap subjek, berikut observasi terhadap kelompok sebagai pengajar :
Susi
Melakukan salam pembuka bersama Sarah,
Mengeluarkan peralatan dan bahan,
Memberi arahan untuk menggambar pola,
Membuat pola dasar di kertas dan mengguntingnya,
Memfoto proses kegiatan,
Membantu memasangkan gantungan kunci Esa dan Fandi
Runa
Membantu membantu membuat gambar pola Ari dan Fandi,
Membantu Zogi membuat pola hiasan diatas kain flanel,
Memfoto proses kegiatan,
Membantu Ari untuk memasang gantungan kunci,
Menjawab pertanyaan-pertanyaan Ari.
Sarah
Melakukan salam pembuka bersama Susi,
Menggambar pola dengan melihat foto,
Mengarahkan cara menggambar dan menggunting pola Fandi dan Zogi,
Membantu Fandi menggunting hiasan pola,
Memasangkan gantungan kunci Fandi.
Hasil Kegiatan
Setelah menempuh waktu 3 jam untuk bersama-sama membuat suatu hasil karya kerajinan tangan, akhirnya dihasilkan 6 buah gantungan kunci dengan berbagai bentuk dan warna. Baik Ari, Fandi, Esa maupun Zogi terlihat sangat senang dan puas terhadap hasil karyanya. Ari membuat bentuk sebuah buku animasi yaitu Death Note, Fandi dan Zogi membuat 2 gantungan kunci yaitu gitar dan bola pipih. Esa membuat sebuah bola pipih mirip bola Dragon Ball . Minuman ringan dan snack yang sudah kami bawa dan persiapkan sebelumnya, kami nikmati bersama-sama sambil melihat-lihat kembali hasil dari pembelajaran kami saat itu. Mereka mengaku sangat puas dan ingin mengikuti kegiatan belajar seperti ini lagi jika ada kesempatan.
Evaluasi Kelompok
Secara garis besar, dilihat dari perencanaan pembelajaran yang pertama dan kedua, beberapa kendala yang kami temukan antara lain :
- Mencari subjek (anak-anak) untuk dididik.
- Penyesuaian waktu kegiatan antara kelompok dan subjek.
- Penyesuaian minat subjek dengan materi yang akan diajarkan.
Jika dilihat dari proses pengajaran yang kelompok lakukan, prinsip Paedagogis yang telah terlaksana seperti mempelajari cara membuat gantungan kunci secara teoritis dan praktis sebelum mengajarkannya kepada subjek, lalu mempraktekkannya bersama agar tidak terjadi kebingungan saat mengajar. Ketika proses belajar-mengajar pun, baik kami maupun keempat anak-anak tersebut sangat menikmatinya terlihat dari antusiasme mereka. Sangkin merasa puas dan bangga, mereka mengatakan bahwa akan mencobanya lagi di rumah untuk membuat kreasi dari kain flanel dengan bentuk yang berbeda.
Disamping itu, faktor lingkungan tempat kami melakukan kegiatan terasa kurang nyaman pada waktu pertengahan sampai akhir kegiatan karena penerangan yang kurang dan banyaknya nyamuk di saat sore hari dan malam.
Perincian biaya
Rincian
|
Jumlah
|
Harga/satuan
|
Total
|
Kain flanel
|
3 lembar
|
Rp 2.500
|
Rp 7.500
|
Lem
|
1 biji
|
Rp 2.500
|
Rp 2.500
|
Gantungan
|
10 buah
|
Rp 750
|
Rp 7.500
|
Jarum
|
1 bungkus
|
Rp 8.000
|
Rp 8.000
|
Snack
|
4 bungkus
|
Rp 4.000
|
Rp 16.000
|
Snack
|
1 bungkus
|
Rp 7.500
|
Rp 7.500
|
Minuman
|
1 botol
|
Rp 14.500
|
Rp 14.500
|
Total
|
Rp 63.500
|
Dokumentasi
Hasil karya gantungan kunci |
Testimoni Kelompok
Sarah
Teaching is fun . Mengajar buat saya adalah hal yang menarik dan menyenangkan, apalagi karena materi dan bahan yang kelompok ajarkan termasuk hobby saya, yaitu kerajinan tangan. Awalnya agak ragu apakah anak laki-laki seusia subjek kami tersebut mau diajarkan materi ini, mengingat biasanya kegiatan seperti ini lebih sering dilakukan oleh anak perempuan. Ternyata sebaliknya, mereka sangat antusias mengerjakannya. Puas sekaligus bangga bisa mengajarkan hal-hal yang baru kepada anak-anak.Susi
Bagi saya, proses belajar-mengajar yang kami lakukan ini sangat menyenangkan. Banyak canda dan tawa. Harapannya kegiatan ini bisa dilakukan lagi tetapi dengan materi yang lebih unik dan waktu yang lebih panjang. Akhir kata, walaupun kegiatan ini dilaksanakan dengan terburu-buru, tetapi hasil yang diperoleh cukup memuaskan bagi kami dan anak-anak. hehehe \(^0^)/
Runa
Ternyata mengajar itu enggak semudah membalikkan telapak tangan. Harus menguasai bahan, harus bisa menarik perhatian peserta didik, harus bisa memotivasi. Waah! harus banyak bisanya. Tetapi setelah melewati beberapa trial and error, akhirnya paham gimana enaknya mengajar. Waktu di lapangan juga seru, mungkin karena dapat peserta didik yang seru-seru juga dan mereka antusias. Bertambah lagi deh pengalaman. Kereeen !! Seruuu !! Asyiiikk !!